Postingan

POETS by NEY #115

- KATASTROFA - langitku runtuh seketika bisa apa? berkata saja ku tak mampu menggenang yang basah di pipi gumamku dalam hati "dasar pendusta tak punya nurani!!!" bodohnya tak ada yang bisa mendengarnya selain kamarku sendiri aku dibunuh sepi aku ditikam mimpiku,- sendiri salahkan siapa? tak ada janji yang bisa diminta ..lagi tak ada kata yang ku dengar ..lagi tak ada senyum yang akan ku ingat ..lagi tak ada bahu tempatku bersandar ....lagi jelaskan padaku apa arti memutuskan untuk sendiri? kamu dan aku tak sejalan lagi? mengapa harus hari ini kemarin ada, kemarin lusa juga ada setelah sejauh ini kamu ingin berhenti jelaskan padaku, apa kamu bahkan tau arti sia-sia? jelaskan padaku apa arti usai? dari sekian banyak alasan mengapa harus ada hati yang kamu khianati dan ini hatiku, - yang kamu khianati jelaskan padaku, apa kamu bahkan tau arti berkhianat?! cukup, aku sedang menghela waktu mencoba mengerti kemana arah pikiranmu berat, ta

POETS by NEY #114

- MEMOAR - siapa bilang mencinta itu mudah bagimu? bagiku tidak baginya, mungkin juga tidak siapa bilang merindu berarti harus bertemu bagimu? bagiku tidak aku makin merindunya jika akan bertemu jika sedang bertemu jika usai bertemu sebab nanti berpisah lagi lalu, siapa bilang berpisah adalah akhir bagimu? bagiku tidak mungkin, berpisah justru cara satu satunya kita bisa saling merindu saling menunggu saling mencinta, ..dalam diam ..dalam kenangan sebab cinta tak harus memiliki adalah klasik dan rindu yang tak tersampaikan itu fatamorgana tak ada yang benar nyata, bagiku baginya kita hanya sepasang kenangan yang akan terpisah di persimpangan jalan yang telah menanti, ..didepan ___________________ Neirza Putri, 2016

POETS by NEY #113

- SELAKSA RASA - yang mencinta dalam dalam yang merindu dengan sangat kembali pulang,rona tak bertuan sepinya diusir dimakan gelap malam seperti melodi esoknya datang,- lagi biar dikata apa tak peduli lalu kau tanya mengapa cobalah sedaya mana tiada lelah (ia) menimang mimpi harapnya satu, "ah esok dia akan peduli" ia lupa, dijalannya hanya ada dirinya    sendiri seloka hati dalam ironi  ________________________ Neirza Putri, 2016

POETS by NEY #112

- RINDU DALAM SEPI - ​Dalam sepi aku bertanya kembali doa doa, mimpi, yang namamu muncul tanpa jeda tak henti bila akan berakhir, pengharapan cinta yang tak pernah putus padam redam  hati mulai bernanah, perih menggumam sendiri .. membenci waktu yang tanpamu disisi ..yang kau nikmati, sendiriku ini​ _______________________ Neirza Putri, Mei 2016

POETS by NEY #111

- KITA TAK PUNYA HARI ESOK - Kita menghitung hari hari mundur terasa semakin perih menghimpitku terkadang lucu bahwa aku takut hari itu akan datang padahal itu sangat kau tunggu Maafku akan sia sia bia dapat ku putar kembali dua tahun berlalu ku isi memoar penuh tawa saja, abaikan luka nya andai bisa Hari ini termakan lagi ,,,,,satu esok semakin dekat, nadiku mencuat menembus dinding dinding kulit, aku semakin ketakutan Apa aku bisa melihatmu, besok? apa kita masih sama, besok? dimana aku cari sosokmu bila aku rindu, kelak? siapa yang temani ku bersandar, nanti? Masih pahit getir hatiku remuk redam apapun bila ku mengingatmu, ,,,,,pilu lembut angin bahkan melukaiku, pun hanya karena langit berwarna biru, aku menangis ____________________ Neirza Putri, Juni 2016

Write Hard & Clear About What Hurts - ( The Truth & Healing )

This plot has written at Januari, 4th 2018 _______________________________________ After a few time April 2018 sebentar lagi, Berarti hampir genap setahun berlalu, sejak peristiwa itu. Namun sakitnya masih lekat di ingatan, entah bagaimana menceritakannya, pada dunia. Meski kutahu, dunia tak peduli dan tak ingin lagi mendengarkannya. Fase demi fase aku lewati, Kecewa – menyalahkannya – menyalahkan diri sendiri lalu penolakan, pemberontakan, hingga akhirnya penerimaan – penyembuhan diri dan mengikhlaskan. Hampir setahun juga rasanya, aku bisa melepas beban yang selama tiga tahun ini mengikat. Namun kali ini, sambil menulis ini aku tersenyum pada diri sendiri “Nah, kali ini kamu berhasil memenangkannya” Ini bukan tentang siapa menang dan kalah – memang. Bukan siapa benar dan siapa salah, memang. Hanya saja, berhasil memenangkan diriku sendiri (bagiku) sebuah pencapaian besar – mengingat aku masih belum bisa mengalahkan pikiranku sendiri selama ini